Resep Cakalang Pedas Kecombrang
Sejak gempa 6,1 skala Richter yang terjadi bulan lalu di Jakarta, maka gedung perkantoran tempat saya bekerja menanggapinya serius. Kondisi saat gempa yang lalu dimana semua karyawan kocar-kacir melarikan diri, seakan kami tidak pernah melakukan proses simulasi evakuasi, menjadi pukulan yang telak. Pengecekan terus menerus dilakukan, dan persiapan simulasi besar dengan standar dan prosedur baru mulai didengungkan. Kali ini bahkan assembly point, titik dimana kami bertemu ketika terjadi evakuasi, dirubah. Jika dulunya berada di parkiran lobi gedung kini kami harus berjalan menyeberangi jalan menuju ke wilayah Mega Kuningan.
Rumor akan adanya gempa besar megathrust memang mulai diberitakan di internet, beberapa media berita online bahkan menggunakan narasumber dari LIPI atau institusi terpercaya lainnya. Walau diprediksi gempa besar akan terjadi, tapi kapan waktunya hanya Yang Kuasa yang mengetahuinya. Kita semua berharap dan berdoa semoga gempa tersebut tidak terulang kembali, tapi memang tidak ada salahnya jika saat ini mulai bersikap waspada dan berjaga-jaga.
Rumor akan adanya gempa besar megathrust memang mulai diberitakan di internet, beberapa media berita online bahkan menggunakan narasumber dari LIPI atau institusi terpercaya lainnya. Walau diprediksi gempa besar akan terjadi, tapi kapan waktunya hanya Yang Kuasa yang mengetahuinya. Kita semua berharap dan berdoa semoga gempa tersebut tidak terulang kembali, tapi memang tidak ada salahnya jika saat ini mulai bersikap waspada dan berjaga-jaga.
Di kantor saya, prosedur standar penanganan kala gempa mulai dibuat. Beberapa kali kami melakukan meeting untuk mengatur simulasi menggunakan skenario sederhana. Jika saat gempa kemarin kami langsung berhamburan menuruni tangga darurat tanpa menunggu komando dari pihak gedung, maka next time, tindakan itu tidak diperkenankan. Karyawan wajib berlindung dibawah meja, atau tempat yang aman lainnya saat gempa, dan menunggu aba-aba evakuasi dari petugas yang telah ditunjuk.
Untuk membuat karyawan serius menanggapi betapa pentingnya simulasi ini, kami lantas diajak menonton beberapa video You Tube berisi rekaman gempa yang terjadi dibeberapa negara. Situasi mencekam berupa gedung yang bergoyang, dan komputer diatas meja yang bergeser kencang, membuat rasa cemas merambati hati, bagaimana jika kondisi itu benar-benar kami alami. Sebagai selingan, layar kemudian berganti menuju ke film San Andreas, yang diperankan Dwayne Johnson alias The Rock. Film Hollywood yang bercerita mengenai gempa dahsyat yang melanda California dengan kekuatan 9 skala Richter serta disusul tsunami, membuat kami sibuk berkomentar, bukan karena kondisi ekstrim yang terjadi tetapi karena aktor yang memerankannya. "Kalau yang melakukan proses evakuasi The Rock sih, pasti kita nurut dah. Disuruh nyebur ke laut juga oke-oke saja,"celetuk salah satu peserta yang disambut tawa yang lain. "Nge-gymn dong Pak Wawan, supaya berotot kaya si Dwayne. Kalau nanti evakuasi pesertanya lebih gede dan gahar, terus tidak mau disuruh turun tangga darurat bagaimana?" Goda kami ke Pak Wawan, Head GA, yang menjadi leader penanganan bencana. "Yah, kalau peserta evakuasinya cantik-cantik kaya di film sih, saya bela-belain pergi fitnes deh," balas Pak Wawan tak mau kalah. 😄
Kemarin, kami mendapatkan briefing singkat persiapan simulasi, dan sore hari ini akan dilakukan simulasi sederhana mulai dari menunggu aba-aba petugas hingga kami semua berlindung ke bawah meja, atau titik-titik aman lainnya. Kegiatan ini akan dilakukan berulang-ulang hingga empat atau lima kali agar terekam kuat dalam ingatan, meningkatkan awareness, dan saat bencana benar-benar terjadi secara otomatis karyawan akan melakukan hal sama seperti yang pernah diinstruksikan. Masalah terbesar adalah seringkali dibawah meja penuh sesak dengan aneka barang, mulai dari kotak sepatu, PC, UPS, kabel-kabel, kardus berisi file, hingga barang-barang tak jelas lainnya. Di bawah meja saya sendiri nangkring dua buah kardus besar berisi sepatu dan barang pribadi lain. Setelah mencoba menjejalkan tubuh besar ini kedalamnya dan ternyata hanya separuh badan saja yang bisa terlindungi, akhirnya terpaksa kardus-kardus tersebut saya evakuasi ke rumah. 😄
Wokeh kita akhiri sesi curcol persiapan simulasi bencana gempa di kantor saya, sekarang menuju ke resep cakalang pedas kecombrang yang super mudah ini. Dua minggu yang lalu saya menitip ikan cakalang dari Mbak Fina, rekan kantor. Walau sebenarnya ikan ini tidak jauh berbeda dengan tongkol, sayangnya di pasar Blok A, jarang tersedia. Mbak Fina sendiri membelinya di pasar Cimanggis, saat perjalanan pulang ke rumah. Pasar Cimanggis buka sejak malam hari dan justru pada waktu tersebut aneka sayur, buah, daging dan ikan dalam kondisi segar karena baru saja diturunkan dari truk pengangkut. Selain kondisinya lebih fresh dibandingkan Pasar Blok A, harganya pun lebih murah. Beberapa kali saya menitip daging has dalam, iga sapi, ikan dan bahkan sayuran tertentu seperti daun pakis yang sulit ditemukan di pasar Blok A, namun tersedia di pasar Cimanggis.
Ikan cakalang walau memiliki bentuk yang hampir sama dengan tongkol, namun permukaan tubuhnya yang keperakan memiliki garis-garis memanjang berwarna hitam, sementara tongkol tidak memiliki pola ini. Secara tekstur daging dan rasa, kedua ikan menurut saya sama saja, namun Mbak Fina gigih mengatakan jika kucing-kucingnya lebih bernafsu makannya jika diberi ikan cakalang kukus dibandingkan tongkol. Ikan cakalang sebagaimana tongkol, sedap diolah dalam berbagai aneka masakan. Cakalang fufu alias cakalang asap dari Indonesia Timur tentu saja menjadi favorit saya, aroma harum terpanggang memang selalu berhasil membangkitkan air liur. Sayang sekali cakalang fufu agak sulit ditemukan di Jakarta, jikalau ada kondisinya pun tidak segar dan sangat keras. Kali ini saya mengolah ikan cakalang segar bersama bumbu pedas dan irisan bunga kecombrang yang harum. Masakan seperti ini dijamin menghabiskan nasi segambreng.
Proses membuatnya sangat mudah, ikan cakalang bisa digantikan dengan ikan tongkol, tuna, bawal, mackarel, salem, atau kembung. Jika tidak memiliki bunga kecombrang, skip saja dari resep. Resep ini telah berulangkali dibuat bahkan dari sejak awal saya terjun ke dapur dan biasanya minus bunga kecombrang, rasanya tetap sedap.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Cakalang Pedas Kecombrang
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep ikan tongkol lainnya? Silahkan klik link disini:
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep ikan tongkol lainnya? Silahkan klik link disini:
- 1 ekor ikan cakalang (berat + 600 gram), siangi dan potong menjadi 5 bagian (bisa menggunakan jenis ikan lain seperti tengiri, tongkol atau bawal)
- 1 sendok teh garam
- ½ sendok teh merica bubuk
- Minyak untuk menggoreng
Bumbu tumbuk kasar:
- 15 buah cabai rawit merah
- 5 buah cabai merah keriting
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
Bumbu lainnya:
- 3 cm lengkuas, memarkan
- 3 lembar daun salam
- 2 sendok makan air asam jawa yang kental
- 250 ml air
- 1 buah bunga kecombrang, iris halus
- 1 ½ sendok makan gula jawa sisir halus
- 2 sendok teh garam
- minyak untuk menumis
Cara membuat:
Masukkan potongan ikan ke mangkuk, lumuri permukaannya dengan garam dan merica hingga rata. Goreng dalam minyak panas hingga satu sisinya sedikit kecoklatan, balikkan dan goreng sisi lainnya. Cukup goreng setengah matang saja, jangan goreng hingga kering karena ikan akan menjadi sangat keras. Angkat dan tiriskan.
Siapkan wajan bekas menggoreng ikan, kurangi minyaknya dan sisakan sekitar 2 sendok makan minyak. Tumis bumbu kasar hingga harum dan berubah warna menjadi lebih gelap. Masukkan lengkuas, dan daun salam, aduk dan tumis beberapa detik.
Masukkan air asam jawa dan air, masak hingga mendidih. Tambahkan bunga kecombrang, gula dan garam, aduk rata. Masukkan ikan goreng. Masak dengan api kecil hingga kuah menyusut habis. Cicipi rasanya dan sajikan. Super yummy!
0 Response to "Resep Cakalang Pedas Kecombrang"
Post a Comment