Resep Ayam Kodok
Enam bulan yang lalu adik saya, Tedy, mengalami kecelakaan. Sepulang kantor, ketika keluar dari parkiran motor didepan stasiun Cilebut, ditabrak mobil hingga tulang pahanya patah. Malam itu, saya baru saja tiba dirumah dari kantor, sekitar pukul setengah delapan. Belum berganti baju, baru saja meletakkan tas dan duduk di kursi, pesan WA masuk dari adik ipar saya, Diar, istri Tedy. Pesan seperti ini selalu saya takutkan, kabar buruk yang menimpa salah satu anggota keluarga. Saya langsung menelpon Tedy menanyakan kabarnya, saat itu adik saya masih ditepian jalan menunggu mobil membawa ke rumah sakit. Suaranya lirih, kesakitan dan air mata saya menetes mendengarnya. "Ya Mbak Endang, aku masih di tepi jalan. Kakiku kayanya patah karena gak bisa digerakkan sama sekali." Saya langsung menelpon Wiwin, adik saya lainnya yang tinggal di daerah Mampang. Wiwin baru saja pulang dari urusan dinas di Pangkalan Bun malam itu dan kami berdua langsung meluncur ke Bogor.
Tedy saat itu telah berada di UGD sebuah rumah sakit Islam di Bogor dan menunggu hasil ronsen ditemani Diar. Wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca, berkali-kali menyesali mengapa terburu-buru keluar dari parkiran motor. Si penabrak adalah seorang wanita usia empat puluhan yang pada akhirnya sama sekali tidak mau bertanggungjawab atas kecelakaan tersebut, tidak pernah menjenguk adik saya sama sekali, dan tidak memberikan ganti rugi apapun kecuali uang sebesar satu juta rupiah. Si ibu ini bahkan mengancam jika kasus ini kami polisikan, dia akan membawa preman untuk menggerebek rumah adik saya yang berada disalah satu kompleks perumahan di Cilebut. Saya terus terang gemas dan ingin langsung ke polisi melaporkannya, tapi Tedy dan Diar melarang. Urusan dengan polisi biasanya panjang, dan siapa yang akan mengurusnya sedangkan kami saat ini sedang pusing memikirkan proses operasi Tedy.
Sementara Tedy masih di UGD, kami mengontak Mbak Wulan. Kakak saya adalah seorang dokter bedah yang bekerja disebuah rumah sakit swasta di Batam. Mbak Wulan lantas mengontak suaminya, Mas Moko, yang juga seorang dokter bedah namun saat ini sedang melanjutkan sekolah di UGM untuk mencari info dokter bedah tulang yang bagus tapi bekerja di rumah sakit yang tidak terlalu mahal biayanya. Kondisi Tedy yang tidak bisa berjalan sama sekali membuat kami tidak bisa terbang ke Batam agar bisa dioperasi disana, seperti Ibu saya dulu yang mengalami patah tulang di tangan. Hasil ronsen kaki Tedy sama sekali tidak bagus, patahannya berbentuk trisula, kakak saya ingin dokter yang bagus yang mengoperasinya.
Jam dua belas malam Wiwin dan Tedy, diantar Mas Dul, supir Wiwin, pergi ke rumah sakit di daerah Cawang. Sementara saya dan Diar, mengambil anak-anak yang dititipkan ke tetangga untuk dibawa ke rumah Wiwin di Mampang. Ada satu dokter bedah tulang bagus yang direkomendasikan kakak saya berpraktik disana. Rumah sakit ini yang paling murah biayanya dibandingkan rumah sakit lain dimana dokter tersebut juga bekerja. Singkat cerita, keesokan harinya Tedy langsung menjalani operasi yang berlangsung selama 4 jam. Pemulihannya membutuhkan waktu, adik saya harus cuti dari kantor selama 3 bulan lamanya. Tedy juga terpaksa harus tinggal di rumah Wiwin, di Mampang, agar mudah pergi ke kantor. Setiap Jumat malam, Tedy akan menyetir mobil dan pulang ke Cilebut karena Diar dan anak-anak tetap tinggal disana, dan Senin paginya kembali ke Jakarta. Enam bulan berlalu, dari dua kruk akhirnya hanya satu kruk saja yang dipakai, bahkan terkadang adik saya bisa berjalan tanpa kruk walau tidak bisa lama. Hingga minggu lalu terjadi musibah kedua.
Gedung kantor Tedy terletak agak tinggi dari jalan, dan untuk menuju ke lobi harus menaiki tangga yang cukup tinggi dan curam. Menggunakan kruk, Tedy harus perlahan menaiki tangga agar bisa menuju ke lobi. Hari Kamis minggu lalu, ketika sedang menuruni tangga, kruk yang dipakainya tergelincir dan adik saya reflek menopang dengan kaki kirinya yang patah. Malam itu dia merasakan nyeri di bagian paha dan hari Jumatnya kembali ke dokter di Cawang untuk menjalani pemeriksaan. Hasilnya, pen yang dipasang ditulang tersebut patah dan kini posisi tulang menjadi bengkok. Artinya, Tedy harus menjalani operasi ulang lagi sama seperti semula untuk membetulkan posisi tulang. Artinya, back to zero.
Jumat pagi, saya mendapatkan pesan dari Wiwin, jika Tedy sedang di rumah sakit melakukan pemeriksaan diantar Diar dan adik bungsu saya Dimas. Merasa tidak tenang dikantor, jam satu siang saya lantas meminta ijin dan langsung pergi ke Cawang. Hasil ronsen dan analisa dokter tidak begitu bagus, tulang yang patah walau telah 6 bulan belum menyambung sempurna dan bagian yang patah kali ini sama seperti yang dulu. Hasil ronsen kemudian dikirimkan ke Mbak Wulan, dan kakak saya curiga tulang adik saya kurang padat sehingga tidak kuat menyangga badan. Kami cukup stres hari itu, apalagi metode operasi kali ini harus berubah, tidak bisa hanya dengan mengganti pen, dan rumah sakit di Cawang tidak memiliki alat khusus untuk pelaksanaan operasi tersebut. Dua rumah sakit lainnya yang direkomendasikan oleh dokter adalah rumah sakit swasta yang mahal, dan kami ragu dengan coverage asuransi kantor yang dimiliki Tedy. Akhirnya kakak saya memutuskan Tedy terbang ke Batam untuk dioperasi disana.
Mengeluarkan Tedy dari rumah sakit membutuhkan waktu lama, saya harus bolak-balik ke ruangan suster meminta segera diproses karena kami toh tidak akan melakukan tindakan apa-apa lagi disana. Kejadian stres hari itu semakin bertambah ketika pasien di sebelah Tedy, seorang bapak-bapak berusia tujuh puluh tahunan meninggal dunia. Karena semua kelas rumah sakit penuh, akhirnya adik saya masuk dulu di kelas tiga, sambil menunggu pasien di kelas lainnya keluar. Kelas tiga berupa sebuah ruangan berisi empat pasien yang masing-masing disekat dengan tirai. Saya dan Dimas, melarikan diri dari ruangan meninggalkan Tedy sendirian ketika Ibu yang menjaga pasien di sebelah menangis dan berteriak-teriak, sementara semua suster datang ke ruangan mengecek si bapak. Di pukul delapan malam akhirnya kami keluar dari rumah sakit dan meluncur ke Mampang.
Saat ini Tedy, Diar dan anak-anak diantar Dimas, berada di Batam menunggu proses operasi yang akan dijadwalkan hari Rabu minggu ini. Adik saya bahkan tadi telah mengirimkan pesan dan foto dia sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Pedih hati saya melihat Tedy tak berdaya seperti ini. Adik saya ini adalah salah satu manusia super baik dan paling sabar yang pernah saya kenal, tapi musibah memang tidak mengenal baik buruknya manusia. Melihatnya seperti ini sungguh mengoyak-oyak perasaan. Saya sungguh-sungguh berharap semoga Tedy segera pulih, bisa bekerja dan beraktifitas seperti sedia kala. Amin.
Menuju ke resep ayam kodok hari ini. Sejak membuat ayam kodok pertama kalinya tahun 2012, resepnya sudah pernah saya share sebelumnya disini, maka membuat ayam kodok kedua, ketiga atau kesekian puluh lainnya menjadi sangat mudah. Kuncinya hanya hati-hati, lakukan dengan perlahan dan penuh kesabaran. Saya bukanlah orang yang sabar dan telaten dalam urusan pekerjaan, apalagi memasak, tapi khusus untuk ayam kodok saya berusaha menambah dosis rasa sabar. Tidak ada skill khusus atau teknik tertentu, tidak perlu juga kursus khusus membuat ayam kodok karena saya sendiri otodidak, yang terpenting hanya melakukannya perlahan.
Menuju ke resep ayam kodok hari ini. Sejak membuat ayam kodok pertama kalinya tahun 2012, resepnya sudah pernah saya share sebelumnya disini, maka membuat ayam kodok kedua, ketiga atau kesekian puluh lainnya menjadi sangat mudah. Kuncinya hanya hati-hati, lakukan dengan perlahan dan penuh kesabaran. Saya bukanlah orang yang sabar dan telaten dalam urusan pekerjaan, apalagi memasak, tapi khusus untuk ayam kodok saya berusaha menambah dosis rasa sabar. Tidak ada skill khusus atau teknik tertentu, tidak perlu juga kursus khusus membuat ayam kodok karena saya sendiri otodidak, yang terpenting hanya melakukannya perlahan.
Tips utama mungkin hanya gunakan ayam negeri karena kulitnya mudah dilepaskan dan bentuknya gendut sehingga ketika diisi akan terlihat montok. Pilih ayam yang ukurannya agak besar karena kulitnya lebih tebal, tidak mudah sobek dan tentu saja lebih mudah melepaskan kulit ayam besar dibanding ayam yang berukuran kecil. Merendam ayam sebentar di air juga membantu kulit terlepas dengan mudah karena lebih moist.
Untuk peralatan yang digunakan, saran saya adalah gunting dapur yang tajam dan kuat. Gunting lebih memudahkan proses dibandingkan pisau, karena ujung pisau yang tajam mudah menusuk kulit ayam dan merobeknya. Jemari tangan yang dimasukkan kedalam kulit juga lebih efesien dibandingkan alat lainnya untuk melepaskan kulit ayam. Tidak perlu khawatir jika kemudian ada robek disana-sini, karena jarum dan benang jahit akan menutupnya. Ketika ayam telah terkukus matang, benang sangat mudah dilepaskan dan bekas jahitan tidak akan terlihat sama sekali. Selebihnya tidak ada yang sulit dalam membuat ayam kodok, jika saya bisa maka anda pun pasti juga akan sukses. Swear!
Berikut resep dan prosesnya ya.
Ayam Kodok
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 1 ekor ayam
Tertarik dengan resep sejenis lainnnya? Silahkan klik link dibawah ini:
- 1 ekor ayam negeri, ukuran minimal 1 kg
- 2 buah kentang, potong kotak panjang, beri sedikit garam dan goreng hingga matang
- 200 gram buncis, potong 2 cm, rebus matang
- 2 batang wortel, potong kotak panjang, rebus matang
- 4 butir telur rebus
Bahan dan bumbu isi ayam:
- 4 lembar roti tawar (150 gram)
- 200 ml susu cair
- 600 gram daging ayam cincang
- 1/2 batang wortel, serut kasar
- 8 siung bawang merah, dihaluskan
- 6 siung bawang putih, dihaluskan
- 1 butir telur
- 1 1/2 sendok makan saus tiram
- 1 1/2 sendok teh merica bubuk
- 1/4 buah pala parut
- 2 sendok makan kecap asin
- 1 sendok makan minyak wijen
- 1 sendok teh kaldu bubuk (optional)
- 2 sendok teh garam
- 1 sendok makan gula pasir
Bahan dan bumbu saus:
- 2 sendok makan margarine
1/2 buah bawang bombay, cincang kasar
- 4 siung bawang putih, cincang halus
- 2 sendok makan tepung terigu
- 1 sendok makan saus tiram
- 1 sendok makan kecap asin
- 1 sendok makan kecap manis
- 1 sendok makan kecap Inggris (Worcestershire sauce)
- 500 ml kaldu ayam
- seujung kuku pala bubuk
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 1/2 sendok teh garam
- 1/2 sendok makan gula pasir
Olesan ayam:
- 1 sendok makan minyak goreng
- 1 sendok makan kecap asin
- 2 sendok makan kecap manis
Persiapan:
Siapkan ayam, gunakan yang ukurannya minimal 1 kg agar mudah dikuliti. Pilih permukaan kulit ayam yang mulus tanpa sobek atau cacat. Pilih ayam yang masih ada kepalanya, potong lehernya jangan terlalu dekat dengan bahu ayam (agak ditengah leher), agar sobekannya tidak terlalu besar. Gosok permukaan ayam dengan 2 sendok makan garam agar kulitnya bersih dan kesat. Cuci bersih. Jika ayam kurang moist, rendam sejenak di air selama 15 menit agar kulitnya mudah dikelupas. Ketika ayam masih utuh, gerak-gerakkan kaki dan sayapnya agar lemas (serius, cara ini sangat membantu).
Siapkan gunting dapur dan pisau tajam, kedua alat ini sangat membantu melepaskan kulit ayam. Gunting saluran pembuangan ayam di bagian pangkalnya, lakukan hati-hati agar tidak banyak sobekan. Lepaskan kulit dari bagian belakang. Gunting lebih membantu dibandingkan pisau karena ujung pisau yang tajam bisa merobek kulit ayam. Gunting tulang yang memisahkan tunggir (brutu) dengan punggung ayam. Biarkan tunggir tetap ditempatnya. Tahap ini akan memudahkan melepaskan kulit dipunggung ayam.
Masukkan jemari tangan dibawah kulit ayam dan pisahkan antara kulit dan dagingnya, lakukan hati-hati hingga kulit terlepas dari dagingnya. Lepaskan juga kulit yang menempel di bagian paha, gunting sendi antara tulang paha bawah dengan paha atas. Kemudian potong tulang didekat ujung paha (dekat cekernya), sisakan bagian ujungnya. Lakukan pada bagian paha lainnya. Tahap ini akan memudahkan kita melepaskan seluruh kulit ayam. Lepaskan kulit ayam hingga daging didada terlihat.
Siapkan gunting dapur dan pisau tajam, kedua alat ini sangat membantu melepaskan kulit ayam. Gunting saluran pembuangan ayam di bagian pangkalnya, lakukan hati-hati agar tidak banyak sobekan. Lepaskan kulit dari bagian belakang. Gunting lebih membantu dibandingkan pisau karena ujung pisau yang tajam bisa merobek kulit ayam. Gunting tulang yang memisahkan tunggir (brutu) dengan punggung ayam. Biarkan tunggir tetap ditempatnya. Tahap ini akan memudahkan melepaskan kulit dipunggung ayam.
Masukkan jemari tangan dibawah kulit ayam dan pisahkan antara kulit dan dagingnya, lakukan hati-hati hingga kulit terlepas dari dagingnya. Lepaskan juga kulit yang menempel di bagian paha, gunting sendi antara tulang paha bawah dengan paha atas. Kemudian potong tulang didekat ujung paha (dekat cekernya), sisakan bagian ujungnya. Lakukan pada bagian paha lainnya. Tahap ini akan memudahkan kita melepaskan seluruh kulit ayam. Lepaskan kulit ayam hingga daging didada terlihat.
Sayap ayam tidak perlu dikuliti. Gunting sendi antara kedua sayap dengan badannya. Lepaskan kulit dari dagingnya. Bentangkan di permukaan meja/talenan. Jahit ujung leher dengan benang (saya pakai jarum dan benang jahit biasa). Jahit juga bagian yang sobek lainnya, biasanya daerah paha dan bagian pangkal yang terlalu lebar sobekannya. Lepaskan daging ayam dari tulangnya, potong-potong daging ukuran 2 x 2 cm. Jangan buang tulangnya, kita akan merebusnya untuk kaldu.
Rendam roti dengan susu cair hingga lunak, remas-remas hingga hancur. Sisihkan.
Proses daging ayam di food processor / chopper hingga halus. Masukkan semua bahan + bumbu isi ayam ke dalam mangkuk, aduk rata. Cicipi rasanya dengan menggoreng secuil adonan. Letakkan kulit ayam di meja, sisi dada menghadap keatas. Jejalkan 1/2 isi kedalam kulit ayam, dorong agar masuk hingga ujung. Masukkan telur, tata 4 buah telur agar tersusun rapi. Masukkan kembali 1/2 sisa isi. Rapikan ayam, tata bentuknya agar tampak seperti ayam utuh bukan ayam yang terkena rudal.
Jahit bagian yang terbuka serapi mungkin. Selagi masih di meja, olesi bagian permukaannya dengan bahan olesan merata. Balikkan ayam (punggung menghadap keatas) dan letakkan di loyang tahan panas (saya pakai kaca).
Oles kembali hingga rata. Kukus selama 40 menit dengan api kecil (api besar membuat kulit ayam mudah sobek). Keluarkan dari kukusan. Tuangkan air kaldu yang keluar dari ayam ke panci (kita akan pakai untuk membuat saus). Olesi kembali ayam dengan bahan olesan. Panggang di oven suhu 180'C selama 20 menit atau hingga ayam tampak berubah kecoklatan dan mengkilap. Keluarkan dari oven, sisihkan.
Membuat saus:
Masukkan sisa tulang ayam ke panci, tambahkan 500 ml air, rebus hingga mendidih. Saring dan sisihkan kaldunya. Siapkan wajan / panci, panaskan margarine.
Tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum dan matang. Masukkan tepung terigu, aduk dan tumis hingga terigu matang, mendidih dan berubah sedikit gelap. Masukkan saus tiram, kecap asin, kecap manis, kecap Inggris, aduk dan tumis selama beberapa detik. Tuangkan air kaldu dan air sisa kukusan ayam ke panci. Tambahkan merica, pala, gula dan garam. Masak hingga mendidih dan kental. Cicipi rasanya, sesuaikan asin dan manisnya. Jika terlalu kental tambahkan air panas. Angkat dan sajikan dengan ayam kodok.
0 Response to "Resep Ayam Kodok"
Post a Comment