Resep Tuna Potato Pie
Kalau mendengar kata 'kualat' terbayang hal yang ngeri-ngeri bukan? Apalagi kualat sama orang tua, jangan sampai deh pernah terjadi. Jika menilik kamus besar bahasa Indonesia, maka kualat artinya mendapat bencana karena berbuat kurang baik kepada orang tua atau kena tulah. Nah beberapa bulan lalu, saya mengalami apa yang namanya kualat. Walau tidak dalam skala bencana, namun sepertinya saya memang mendapat sentilan dari Atas. Kejadiannya bermula ketika bulan Desember lalu saya pergi ke Batam bersama Ibu. Seperti biasa, kami berlibur ke rumah kakak, Mbak Wulan, yang telah lama menetap disana bersama suami dan putra semata wayangnya, Ellan.
Saya hanya berlibur selama lima hari disana, sebuah koper kecil ukuran kabin pesawat cukup untuk baju ala kadarnya dan oleh-oleh saat pulang nanti. Sedangkan Ibu saya akan tinggal di Batam minimal tiga bulan lamanya, beliau membawa sebuah koper ukuran 25 kg yang ketika ditimbang saat check in sudah mencapai 22 kg. "Mama bawa apa sih Ma? Ini beratnya sudah 22 kg lho? Untung kita berdua, kalau sendiri bisa kena ekstra bagasi," komentar saya terheran-heran. "Oleh-oleh dari Wiwin, dibawain siomay sama lain-lain, baju Mama sih nggak banyak," jelas Ibu saya. "Nanti kalau pulang mesti hati-hati. Ekstra bagasinya mahal banget," kata saya mengingatkan.
Pesawat mendarat di Batam sekitar pukul sebelas siang, dan kami segera menuju ke tempat pengambilan barang. Hari itu penerbangan ke Batam dari Jakarta luar biasa ramai sehingga penumpang yang hendak mengambil barang berjubelan di depan ban berjalan. Karena koper saya masuk ke kabin maka kami hanya menunggu koper Ibu yang seingat saya berwarna coklat dan berbahan kain. Tapi hanya sebatas itu saja yang saya ingat. Sepuluh menit waktu berlalu, koper tak kunjung muncul dan saya mulai menggerutu, "Waduh kita tadi lupa pasang sapu tangan atau kain di gagang koper sebagai penanda. Mama ingat nggak kopernya ada tanda apa?" Tanya saya. Ibu yang berdiri disamping saya, sibuk melihat koper-koper yang bersliweran di ban berjalan, "Mama juga lupa, itu kan koper naik haji-nya Wiwin, warnanya coklat," jawab beliau.
Sebuah koper coklat besar lewat didepan kami, posisinya terbalik, sisi belakang menghadap keatas. Sebuah foto wajah sebatas dada seorang wanita mengenakan hijab, ukuran 3 x 4 dan sebuah gambar bendera merah putih tampak menempel disana. "Ini kali Ma, kan warnanya coklat," tukas saya dan membaca sekilas tulisan yang ada diatas foto. Terbaca oleh mata saya yang buram tanpa kaca mata, 'Selangor'. "Bukan ah, masa ada foto dan benderanya gitu? Koper mama nggak ada tempelan gambarnya," jawab Ibu saya pe-de. "Iya, kayanya sih bukan. Lagian ada tulisan Selangor, mungkin koper orang Selangor kali ya?" Tanya saya asal, menebak-nebak sendiri.
Penumpang yang berjubelan perlahan berkurang, dan lambat laun menjadi sepi, meninggalkan hanya kami berdua saja yang berdiri di tempat pengambilan bagasi. Koper-koper yang berjalan di ban pun menjadi sedikit, dan akhirnya hanya ada beberapa koper tak bertuan yang bergentayangan diatas ban. Kami mulai panik, saya tepatnya, karena Ibu dari tadi hanya berkomentar santai, "Kalau hilang juga gak apa-apa, nggak ada barang berharganya. Isinya cuman baju sama siomay," seharusnya saya ngakak mendengar kata-kata itu, tapi saat itu kepanikan lebih meraja sehingga humor terlewatkan. "Kalau hilang ya susah, bajunya gimana? Mesti beli lagi semua baju di Batam buat tiga bulan." Saat saya berkata begitu, koper dengan tulisan 'Selangor' itu kembali lewat dan lagi-lagi kami tak mengacuhkannya.
"Ayo cek ke tempat penurunan barang Nduk, mungkin belum semua koper datang," jawab Ibu mulai resah. Suara 'gedebukan' petugas yang menurunkan barang terdengar tidak seheboh seperti menit-menit sebelumnya. Saya iseng mengintip dari balik kerai hitam tempat barang dikeluarkan dan melihat petugas sedang menurunkan tiga buah koper kecil. Tidak ada satupun dari ketiga koper tersebut tampak mirip dengan koper jumbo coklat seberat 22 kg yang kami bawa. "Ma, udah habis barangnya lho. Koper Mama nggak ada disana. Duh gawat!" Seru saya kali ini benar-benar panik.
Koper coklat lewat kembali, kali ini saya nekat menariknya dari ban berjalan. Beratnya luar biasa, namun dengan tenaga ekstra panik semua beban menjadi tak terasa. Saat si koper sudah berdiri didekat kaki dan bagian depannya menghadap ke wajah kami, Ibu saya tiba-tiba berteriak, "Iya, ini kopernya End! Mama ingat sekarang," serunya girang. "Betul ini? Beh, dari tadi mau diambil Mama bilang jangan-jangan terus. Ini koper udah keluar dari pertama, dan kita berdiri disini hampir satu jam," gerutu saya dengan nada kesal. "Mama lupa, soalnya kan koper pinjam. Ya maklumin saja lah Nduk, orang sudah tua," jawab Ibu saya sabar. Rasa kesal yang tadinya mulai merambat naik ke kepala langsung berhenti dan saya tertawa, "Lain kali dikasih tanda kopernya. Ntar kalau pulang jangan lupa diikat sapu tangan atau tali rafia saja pegangannya ya."
Ketika sudah sampai di rumah Mbak Wulan, dan kami sedang duduk berleha-leha di kamar, saya teringat dengan tulisan Selangor di koper, dan menjadi penasaran. Iseng saya tarik koper yang kini tergeletak kosong didekat pintu dan memeriksa bagian belakangnya. Kini dengan wajah yang hanya berjarak 30 cm dari punggung koper saya melihat semuanya dengan jelas. Tulisan yang tadinya saya kira Selangor, ternyata adalah Selatour, dan foto wanita berhijab hitam itu adalah foto adik saya, Wiwin. "Masya Allah Ma, gimana sih, ini kan foto Wiwin! Ternyata tulisannya Selatour," kami berdua ngakak sekencang-kencangnya. "Habis kamu bilang berkali-kali, Selangor. Kalau bilang Selatour, Mama pasti ingat," jawab Ibu saya diantara derai tawa.
Lantas dimana cerita kualatnya? Nah saat pulang ke Jakarta, karena koper saya ketika ditimbang beratnya hampir 8 kg, maka petugas meminta agar koper masuk ke bagasi dan bukan kabin. Berhubung koper baru, sayang jika tergores cacat, maka saya menggunakan jasa bungkus koper dengan plastic wrap yang banyak tersedia di bandara. Sialnya saya lupa, ketika telah terbungkus plastic wrap, maka warna asli dan bentuk koper menjadi susah diidentifikasi. Artinya, saya sendiri akan susah menemukan koper tersebut di tempat pengambilan bagasi. Parahnya lagi, saya juga lupa, jika koper sekarang terbungkus plastik! Di dalam benak saya masih terbayang sebuah koper berwarna hitam dengan satu merk menempel disana.
Hampir satu jam saya berdiri di tempat bagasi, hingga penumpang yang tadinya berjubelan berangsur habis, meninggalkan saya yang kebingungan dan sebuah koper terbungkus plastik yang tampak berputar-putar di ban. Swear, koper itu sudah lewat didepan hidung saya berkali-kali, dan berkali-kali, sejak menit awal, dan saya baru teringat saat semua penumpang sudah berlalu. Ketika saya tarik dan cek kodenya, saya mengehela nafas lega sambil mengumpat kebodohan diri, serta teringat dengan kejadian saya dan Ibu menunggu koper di bandara Hang Nadim di Batam. Waktu itu saya sempat naik darah dan kesal, kini Tuhan membalasnya dengan hal yang sama. Kata kualat terlintas dalam benak saya seketika. Tobat, ampun Ma!
Nah menuju ke resep pie kentang tuna kali ini. Makanan ini favorit keponakan saya, Rafif dan Fatih, selalu ludes dengan cepat jika menu ini dibuat. Jadi saat weekend lalu, ketika selesai difoto, langsung saya kirim ke rumah adik saya, Wiwin, di Mampang. Pernah juga gagal total membuatnya, kala itu iseng menggantikan tuna kalengan dengan ikan salem/mackarel segar yang dikukus. Rasa ikan segar sangat strong, sehingga pie menjadi beraroma dan berasa sangat amis. Jadi saran saya, gunakan jenis tuna kaleng dalam rendaman air. Selain tuna, sebenarnya ayam dan daging sapi cincang juga maknyus sebagai pengganti.
Untuk sayurnya, bisa menggunakan kacang polong, jamur, wortel, buncis, brokoli, jagung manis pipilan, paprika, daun bawang dan batang seledri. Fleksibel dan bisa diganti-ganti sesuai selera.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Tuna Potato Pie
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 10 porsi
Tertarik dengan resep pie lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Fudgy Chocolate Pie
Chicken Pot Pie
Shepherd's Pie a la Gordon Ramsay
Bahan dan bumbu tumisan:
Fudgy Chocolate Pie
Chicken Pot Pie
Shepherd's Pie a la Gordon Ramsay
Bahan dan bumbu tumisan:
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 1/2 buah bawang bombay, cincang kasar
- 4 siung bawang putih, cincang halus
- 1 batang wortel, kupas dan potong kotak kecil
- 1 buah paprika hijau, potong kotak kecil
- 2 kaleng tuna (370 gram), tiriskan dari airnya, cabik-cabik dagingnya dengan garpu
- 1 batang daun bawang, rajang halus
Bahan dan bumbu saus putih:
- 2 sendok makan mentega
- 1 1/2 sendok makan tepung terigu
- 350 - 400 ml susu cair
- 30 gram keju cheddar parut
- 1/4 buah pala, parut halus
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 1/2 sendok makan gula pasir
- 1 sendok teh garam
Bahan dan bumbu kentang tumbuk:
- 700 gram kentang
- 200 ml krim kental / susu cair
- 1/4 sendok teh merica bubuk
- 1 sendok teh garam
- 2 sendok teh gula pasir
- 40 gram keju cheddar parut
- 1 batang daun peterseli, cincang halus
- keju cheddar parut untuk taburan
Cara membuat:
Siapkan semua bahan. Sisihkan.
Membuat tumisan:
Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum dan layu. Masukkan wortel, aduk dan tumis hingga wortel matang. Masukkan paprika, aduk dan tumis hingga paprika matang. Masukkan tuna, aduk rata dan tumis selama 1 menit. Angkat dan sisihkan.
Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan mentega, masukkan tepung terigu. Aduk dan tumis hingga tepung matang, berubah warnanya menjadi sedikit krem kecoklatan. Masukkan susu cair sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga saus mengental. Jangan memasukkan susu cair sekaligus karena akan membuat terigu bergerindil dan susah dihaluskan.
Tambahkan keju parut, gula, garam, merica dan pala parut. Aduk hingga rata dan masak hingga saus mendidih dan keju meleleh. Cicipi rasanya, sesuaikan asin dan manisnya. Saus harus terasa sedikit manis. Angkat saus dari kompor.
Masukkan tumisan sayuran dan tuna ke dalam saus, tambahkan rajangan daun bawang, aduk hingga rata. Sisihkan.
Membuat kentang tumbuk:
Siapkan kentang, kupas, cuci bersih dan potong kotak. Rebus kentang hingga lunak dan matang. Angkat, tiriskan. Hancurkan kentang dengan garpu hingga lumat.
Masukkan kentang lumat ke dalam mangkuk mikser, tambahkan krim kental, merica, gula pasir, garam dan keju cheddar parut. Kocok dengan speed sedang hingga tercampur baik. Masukkan daun peterseli cincang, kocok rata. Cicipi rasanya, sesuaikan asinnya sesuai selera.
Kentang juga bisa diaduk dengan spatula balon hingga tercampur baik.
Panaskan oven, set disuhu 170'C.
Siapkan loyang kaca tahan panas/keramik atau loyang alumunium biasa, diameter 20 cm. Tuangkan adonan tuna kedalam loyang, ratakan permukaannya dengan spatula. Tuangkan kentang kocok ke permukaan tuna di loyang, ratakan permukaannya.
Menggunakan garpu cabik-cabik permukaan kentang, kemudian taburi dengan keju cheddar parut. Panggang pie selama 30 menit, atau hingga permukaannya matang kecoklatan. Angkat dan biarkan hingga agak dingin agar kentang mengeras, sajikan dengan saus sambal. Super yummy!
0 Response to "Resep Tuna Potato Pie"
Post a Comment