Resep Ayam Masak Daun Melinjo
Tahun lalu, kantor saya mengadakan kegiatan outing di Cisarua. Acara setahun sekali yang berfungsi sebagai refreshment, jalan-jalan, sekaligus disisipi dengan training motivasi ini telah dilakukan selama beberapa tahun belakangan ini. Perusahaan tempat saya bekerja merupakan small company, total karyawan bahkan tidak mencapai 70 orang, dan kebanyakan telah bekerja minimal lima tahun lamanya, bahkan ada yang telah bekerja sejak awal perusahaan dibentuk. Memotivasi karyawan yang telah bekerja lama seperti ini bertujuan agar mereka tetap bersemangat dan memiliki kinerja yang baik. Teorinya. Kenyataannya, bagi saya pribadi, kinerja dan semangat kerja lebih didorong pada lingkungan kerja yang menyenangkan, peraturan perusahaan yang tidak terlalu ketat, dan tentu saja kompensasi kerja yang layak. Tanpa ketiga hal tersebut walau berkali-kali di motivasi dengan aneka traning dan outing, tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan.
Nah tema training motivasi tahun lalu adalah melakukan segala sesuatu dengan hati, bukan dengan otak. Artinya jangan berpikir panjang lebar jika hendak melakukan satu keputusan, tapi ikutilah kemana hati berbicara. Terdengar indah ketika diucapkan, "Turutilah kata hati." Kenyataannya dalam hidup ini, umumnya keputusan penting ditentukan oleh kerja otak (logika) dan hati (emosi), sepertinya jarang sekali kita melakukan sesuatu semata-mata didorong oleh emosi saja. Otak secara logika akan mengkalkulasi setiap sudut aspek, sebab akibat, risiko dan untung rugi saat hendak memutuskan sesuatu, hati atau emosi akan menambahkan aspek pengalaman dan nilai-nilai yang dianut oleh masing-masing individu. Dari kedua aspek ini kemudian kita memutuskan sesuatu. Tapi pada saat training kemarin kami semua diminta untuk stop berpikir, jangan menggunakan logika. Hanya, apakah mungkin?
Jika menuruti kata hati saat ini, ingin rasanya saya berhenti bekerja dari kantor sekarang, menjual asset secuplik yang dimiliki, melunasi hutang, dan pergi ke daerah yang adem seperti di Cianjur, Lembang, Sukabumi atau Cisarua. Membeli tanah dan sebuah rumah kecil disana, bercocok-tanam, memelihara ayam dan kambing, dan mulai nge-vlog. Swear kehidupan seperti ini yang diinginkan oleh hati saya. Hidup tenang disebuah desa yang adem, jauh dari polusi dan kemacetan seperti Jakarta, dekat dengan alam, memandang tanaman yang hijau royo-royo setiap hari. Saking begitu rindunya dengan cita-cita itu saya bahkan hampir setiap hari browsing di internet mengecek harga rumah atau tanah yang dijual diarea tersebut. Terdengar konyol, bahkan Ibu saya hanya menatap tak percaya ketika mendengar ide itu dari mulut saya.
Walau hasrat hati sebegitu menggebu-gebunya, tapi otak ini tetap menimbang-nimbang banyak hal. Apakah tabungan sudah cukup untuk menyambung hidup selama tidak bekerja? Apakah ada sumber penghasilan lain yang bisa diandalkan? Apakah hasil bercocok tanam dan beternak bisa menyambung hidup sehari-hari, minimal bisa untuk membayar listrik, internet dan tidak kelaparan? Apakah aman? Semua pertimbangan itu menghambat saya untuk mengikuti kata hati. Saya belum sebegitu nekatnya, atau sebegitu gilanya hingga melupakan logika. Seingat saya, satu keputusan yang pernah saya buat mengikuti kata hati adalah ketika nekat mengambil jurusan pertanian di universitas, semata-mata karena saya suka bercocok tanam, dan menentang keputusan alm. Bapak yang meminta saya masuk ke jurusan hukum atau ekonomi. Saya tidak mengatakan keputusan tersebut salah, namun pada akhirnya saya tidak pernah bekerja di bidang yang saya pelajari kala sekolah dulu.
Nah sekarang ke resep ayam masak melinjo hari ini. Actually masakan ini sudah pernah saya share sebelumnya di JTT, resepnya terinspirasi dari seorang rekan dari Manado yang membawa bekal makanan ini ke kantor. Si rekan tidak bersedia berbagi resepnya, tidak semua orang suka share keluarga, jadi saya lantas mencari resepnya di Google books. Aslinya menggunakan daun leilem, bukan melinjo, sayangnya bentuk fisik tanaman leilem kecuali dari internet belum pernah saya lihat fisiknya secara langsung. Terlalu berisiko juga jika nekat menebak-nebak tanaman di sekitar yang memiliki penampakan mirip leilem, salah-salah bisa kejang-kejang keracunan.
Selain woku, maka resep ini adalah salah satu masakan a la Manado favorit saya. Simple, sedap dan pedas.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Ayam Masak Daun Melinjo
Resep diadaptasikan dari Buku Hidangan Populer Sulawesi Utara Khas Tomohon, Ayam Leilem
Untuk 10 porsi
Tertarik dengan resep a la Manado lainnya? Silahkan klik link dibawah ini.
Sup Brenebon
Ikan Tongkol Masak Woku Belanga
Bubur Manado Super Mantap!
Tertarik dengan resep a la Manado lainnya? Silahkan klik link dibawah ini.
Sup Brenebon
Ikan Tongkol Masak Woku Belanga
Bubur Manado Super Mantap!
Bahan:
- 1 ekor ayam negeri, potong ukuran kecil
- 1/2 sendok makan garam
- 1 butir jeruk nipis
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 2 lembar daun kunyit, rajang halus
- 3 lembar daun jeruk purut, rajang halus
- 200 gram daun ganemo / daun melinjo, rajang kasar
Bumbu cincang halus:
- 200 gram daun ganemo / daun melinjo, rajang kasar
- 200 ml air
- 2 sendok makan air jeruk nipis/jeruk lemon
- 1/2 sendok makan garam
- 2 sendok teh gula pasir, optional
- 2 sendok teh gula pasir, optional
Bumbu cincang halus:
- 8 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 15 buah cabai rawit merah / hijau
- 1 batang serai, ambil bagian putihnya saja
Cara membuat:
Siapkan daun melinjo, cuci bersih dan rajang kasar, sisihkan. Siapkan potongan ayam, remas-remas ayam dengan air jeruk nipis dan garam. Diamkan 15 menit. Cuci hingga bersih, sisihkan.
Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bumbu cincang hingga harum, masukkan daun kunyit dan daun jeruk, aduk rata dan tumis hingga daun rempah layu.
Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bumbu cincang hingga harum, masukkan daun kunyit dan daun jeruk, aduk rata dan tumis hingga daun rempah layu.
Masukkan ayam, aduk dan tumis hingga ayam berubah warna. Tambahkan daun melinjo, aduk rata. Masukkan air, aduk dan masak hingga ayam matang, tambahkan air jeruk nipis, garam, dan gula pasir. Aduk rata.
Masukkan daun kemangi, aduk hingga rata. Cicipi rasanya, sesuaikan asinnya. Angkat dan sajikan dengan nasi hangat.
0 Response to "Resep Ayam Masak Daun Melinjo"
Post a Comment