Resep Mie Kari Udang dan Pengalaman Saya Berdiet
Sudah 2 minggu saya melakukan diet semi keto, dan hasilnya mulai terasa pada celana dan pakaian kerja yang dikenakan sehari-hari. Terasa sedikit longgar! Bahkan hari ini Rani, rekan kantor yang duduk disebelah meja berkomentar takjub, "Mbak, kurusan ya? Tadi aku lihat dari belakang, pinggangnya agak mengecil." Hidung saya kontan langsung kembang-kempis mendengarnya, walau sebenarnya mungkin lemak yang luntur hanya berapa kilogram saja, tapi beberapa kilogram itu sangat berarti. "Turun berapa kilo Mba?" Tanyanya kembali. "Ehem, belum ditimbang, nggak berani. Nanti saja kalau mulai benar-benar celana ini melorot, baru deh naik timbangan," jawab saya sambil menunjuk celana panjang kain berwarna hitam yang dipakai setiap hari ke kantor. Terus-terang saya sudah amat sangat 'eneg' dengan celana ini tetapi dia adalah satu-satunya celana di lemari yang ukurannya super jumbo, berbahan elastis (bahkan paha gajah sekalipun bisa masuk karena kemampuan melarnya yang fantastis!) dan nyaman dipakai. Saya enggan membeli celana baru, selain sayang uangnya juga karena dilubuk hati kecil yang paling dalam selalu berharap, suatu saat akan kurus kembali dan semua celana di lemari akan muat dipakai. 😃
Sejak Lebaran usai dan stres dengan angka yang ditunjukkan timbangan, saya berjanji kali ini harus benar-benar menerapkan pola makan yang sehat. Setiap hari kerjaan saya sepulang kantor adalah menonton ratusan video di YouTube milik Dr. Eric Berg, seorang konsultan nutrisi yang menerapkan diet keto. Berbeda dengan keto lainnya yang lebih fokus ke lemak dan protein, maka keto kali ini lebih menganjurkan kita banyak mengkonsumsi sayuran rendah karbo, lemak dan protein secukupnya. Bagi saya yang memang penggila sayuran, cara ini lebih masuk akal dan mengenyangkan. Sebagaimana keto lainnya, maka semua jenis karbo harus dienyahkan dari daftar menu, mulai dari nasi, kentang, mie, pasta, tepung, gula, buah, kue dan apapun yang berkarbo tinggi. Asupan karbo sehari-hari hanya dipenuhi dari sayuran rendah karbo seperti sawi, kol, kale, pakchoy, brokoli, kembang kol dan masih banyak jenis sayuran rendah karbo terutama dari keluarga kubis-kubisan (Brassicaceae).
Bagi saya si penggila buah, maka menghentikan menyantap buah (karena kandungan gulanya yang tinggi) memang pekerjaan berat. Apalagi saat ini masuk musim kemarau dan buah mangga mulai membanjiri dimana-mana. Weekend lalu saya mampir ke LotteMart bersama Ibu dan menelan ludah mencium aroma mangga arum manis masak pohon yang super menggoda. Akhirnya 3 buah mangga masuk ke kantong belanja! Berbeda dengan dulu ketika menyantap 2 atau 3 buah mangga sekaligus tidak menimbulkan perasaan berdosa, kini saya menahan diri mati-matian dan hanya memasukkan seiris buah kedalam blender berisi green smoothie. Mangga yang manis dan creamy memang membuat green smoothie menjadi maknyus. Sayang kadar gulanya yang tinggi sangat dilarang jika kita sedang menerapkan diet rendah karbo.
Saya menyantap makan besar sebanyak dua kali, saat jam makan siang dan sore atau malamnya. Menu utama saya adalah semangkuk besar salad, atau tumisan sayur dengan olive oil dan tanpa gula. Untuk proteinnya, berbeda dengan diet-diet yang dulu selalu saya percaya bahwa protein sangat penting dan tidak akan membuat gemuk, kini saya baru tahu bahwa asupan protein juga harus dijaga karena protein yang berlebihan akan menaikkan gula darah dan kadar insulin. Untuk setiap kali makan saya menyantap sekitar 150 gram lauk berprotein, bentuknya bisa berupa telur rebus, ikan, ayam, tempe atau tahu. Menurut Dr. Eric Berg, protein yang kita santap sebaiknya tidak melebihi besar telapak tangan kita masing-masing, jadi sekitar 150 - 200 gram sudah cukup.
Untuk lemaknya, disarankan sekitar 75% dari menu yang dimakan sehari disumbangkan dari lemak. Saya memilih menyantap alpukat yang kaya lemak, tinggi potassium dan nutrisi, walau mentega (butter) dan minyak zaitun juga diperbolehkan. Untungnya bagi kita yang hidup di Indonesia, negeri yang kaya akan sayuran segar dan alpukat, kedua makanan ini terjangkau harganya, dan mudah ditemukan dimana-mana. Biasanya alpukat saya proses di blender menjadi dressing salad, atau disantap bersama telur rebus, merica dan garam. Yum!
Untuk lemaknya, disarankan sekitar 75% dari menu yang dimakan sehari disumbangkan dari lemak. Saya memilih menyantap alpukat yang kaya lemak, tinggi potassium dan nutrisi, walau mentega (butter) dan minyak zaitun juga diperbolehkan. Untungnya bagi kita yang hidup di Indonesia, negeri yang kaya akan sayuran segar dan alpukat, kedua makanan ini terjangkau harganya, dan mudah ditemukan dimana-mana. Biasanya alpukat saya proses di blender menjadi dressing salad, atau disantap bersama telur rebus, merica dan garam. Yum!
Selain diet rendah karbo, saya juga melakukan intermittent fasting alias puasa setengah hari minimal 16 jam. Biasanya jika terakhir makan di malam hari di pukul 7, maka saya baru akan mengisi perut dengan makanan berkalori di pukul 12 atau 1 (satu) siang keesokan harinya. Selama waktu puasa, saya menyelinginya dengan minuman tanpa kalori (air putih, atau teh hijau), dan dipagi hari saya juga menyediakan campuran air jeruk lemon, cuka apel, bawang putih, jahe, dan kayu manis bubuk. Minuman yang diblender jadi satu bersama 500 ml air ini diminum dari pagi hingga jam makan siang tiba. Air jeruk lemon bagus untuk membersihkan ginjal, sementara cuka apel dan kayu manis dipercaya mampu menurunkan kadar gula darah. Saya terobesesi hendak melakukan OMAD (One Meal A Day) alias hanya makan satu kali dalam sehari sebanyak 1 atau 2 kali dalam seminggu, mungkin minggu ini akan mulai dilakukan setelah terbiasa dengan intermittent fasting selama 2 minggu ini.
So far sejak menjalankan diet ini selama 2 minggu, saya tidak pernah merasa kelaparan. Rasa craving akan nasi, pasta atau makanan manis yang biasanya mendera kini mulai menghilang. Perut mulai terasa sedikit kempes dan langkah kaki terasa lebih ringan. Saya sendiri tidak akan mengatakan diet yang saya lakukan ini benar-benar keto, karena karbo dari buah dan sayur yang masih agak susah dikontrol, tapi yang terpenting saya merasa nyaman menjalankannya. Saya berharap bisa konsisten menerapkannya, dan tetap termotivasi karena sebenarnya ini bukan hanya demi menurunkan berat badan semata tetapi kesehatan adalah hal yang utama.
Wokeh kembali ke resep kali ini. Meu ini memang bertolak-belakang dengan postingan diet rendah karbo yang saya share diatas. Mie kari udang ini dibuat beberapa bulan yang lalu dan baru sempat diposting sekarang diblog. Nah jika anda bosan menyantap mi kuning dengan bumbu dan masakan yang itu dan itu saja, serta tidak sedang menjalankan diet rendah karbo seperti saya, maka resep kali ini mungkin bisa dicoba. Apalagi jika cuaca mendung dan suhu yang dingin, semangkuk mie hangat dengan kuah kaya bumbu dan rempah memang mampu menjadi comfort food yang membuat nyaman perut dan tubuh.
Mie kari udang seperti postingan kali ini memang kurang begitu ngetrend di Indonesia, namun di beberapa negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Thailand dan Malaysia, umum ditemukan di restoran-restoran negara tersebut. Hidangan ini berupa mi kuning yang direndam dalam kuah santan dengan bumbu kari. Udang adalah jenis protein hewani yang umum digunakan, namun seafood lainnya dan ayam juga bisa menggantikan. Sebenarnya rasa dan tampilannya tidak jauh berbeda dengan laksa a la Singapura.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Mie Kari Udang
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep mi lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Mie Ayam Yamin
Mie Goreng Tek-Tek
Mi Tim Ayam Jamur
Bahan:
Tertarik dengan resep mi lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Mie Ayam Yamin
Mie Goreng Tek-Tek
Mi Tim Ayam Jamur
Bahan:
- 500 gram udang jerbung
- 200 gram mi telur kering (rebus hingga matang dan tiriskan)
- 800 ml kaldu udang
- 75 ml santan kental instan
Bumbu dihaluskan:
- 10 buah cabai merah keriting, kering
- 2 cm jahe
- 1,5 cm kunyit
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 1 sendok teh merica bubuk
- 1 sendok teh terasi, dibakar
Bumbu dan bahan lainnya:
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 1/2 sendok makan bubuk kari instan
- 1 batang serai, memarkan
- 3 lembar daun jeruk
- 1 1/2 sendok teh kaldu bubuk
- 1 sendok makan gula jawa sisir halus
- 1 sendok makan air asam jawa kental
- 2 sendok teh garam
Pelengkap:
- 1 mangkuk kecil tauge
- 1 batang daun bawang, iris serong tipis
- 2 buah tomat merah, iris tipis
Cara membuat:
Siapkan udang, cuci bersih. Lepaskan kepala udang dari badannya, biarkan kulit udang tetap menempel. Masukkan kepala udang ke panci berisi 800 ml, masak hingga mendidih, tambahkan waktu 2 menit setelah mendidih. Angkat dari kompor dan saring, sisihkan kaldunya, kita akan menggunakan air rebusan ini untuk kuah kari. Buang kepala udang.
Belah punggung udang dengan gunting dan pisau hingga badan terbelah tetapi tidak putus. Buang bagian saluran kotoran dipunggungnya. Sisihkan.
Rebus cabai merah keriting kering di panci hingga lunak, tiriskan. Masukkan cabai ke gelas blender dry mill bersama bumbu yang dihaluskan lainnya, proses hingga halus. Sisihkan.
Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus hingga harum, matang dan warnanya berubah lebih gelap. Masukkan bubuk kari, serai, dan daun jeruk. Aduk rata dan tumis hingga rempah layu. Tuangkan air kaldu udang (sekitar 800 ml), jika kuah berkurang tambahkan air biasa dan masak hingga mendidih.
Masukkan kaldu bubuk, gula, garam, air asam jawa, dan santan, masak hingga mendidih sambil diaduk-aduk agar santan tidak pecah. Tambahkan waktu sekitar 1 menitan agar santan benar-benar matang. Masukkan udang, masak hingga udang berubah warnanya menjadi pink dan matang. Cicipi rasa kuah, sesuaikan asinnya. Angkat.
Siapkan mangkuk saji, masukkan mi rebus, siram dengan kuah kari udang dan letakkan potongan udang, tauge dan daun bawang diatasnya. Santap selagi panas. Yummy!
0 Response to "Resep Mie Kari Udang dan Pengalaman Saya Berdiet"
Post a Comment