Resep Nasi Uduk dan Ceritanya

 Nenek yang biasa kami panggil dengan sebutan Mbah Wedhok sering mengadakan kendurian diru Resep Nasi Uduk dan Ceritanya


Saya dibesarkan dengan nasi uduk. Alm. Nenek yang biasa kami panggil dengan sebutan Mbah Wedhok sering mengadakan kendurian dirumah dan nasi uduk adalah makanan wajib menu selamatan. Beliau adalah orang tua jaman dulu yang masih menjalankan adat Kejawen dengan taat. Setiap hari kelahiran dan kematian entah itu orang tua, kakek nenek atau anak selalu dilakukan acara selamatan. Tentu saja Mbah Wedhok menggunakan sistem penanggalan Jawa, dan hari kelahiran disebut dengan weton. Saya tidak begitu mengerti dengan sistem yang dipakai Mbah, tapi saya takjub dengan daya ingatnya yang luar biasa. Ketika beliau masih sehat dan belum terkena pikun, beliau hafal semua hari lahir dan hari kematian anggota keluarga yang jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit. Mbah Wedhok buta huruf, tidak pernah menulis tanggal-tanggal tersebut di sebuah buku catatan namun beliau memiliki sistem tersendiri untuk mengingatnya.

Saya sendiri terus terang senang ketika Mbah mulai menunjukkan tanda-tanda hendak mempersiapkan acara kendurian. Jauh hari beliau telah menimbun kentang, kelapa yang masih utuh bersama batoknya, kol, mie, dan aneka bumbu. Ayam untuk ingkung tentu saja tidak perlu dibeli karena Mbah memiliki ayam piaraan sendiri. Ayam kampung beliau gendut-gendut dan sehat, padahal hanya sekali diberi makan kala pagi hari, dan sisa hari si ayam mencari makanan sendiri ke penjuru kampung. 


 Nenek yang biasa kami panggil dengan sebutan Mbah Wedhok sering mengadakan kendurian diru Resep Nasi Uduk dan Ceritanya
 Nenek yang biasa kami panggil dengan sebutan Mbah Wedhok sering mengadakan kendurian diru Resep Nasi Uduk dan Ceritanya


Ketika hari H tiba, adik-adik Mbah Wedhok yang tinggal di daerah lain akan datang. Mereka membawa beras, pisang raja, aneka sayuran hijau dan gula jawa, hasil kebun, sawah dan diproduksi sendiri. Semua lantas berkumpul didapur yang terbuka khas rumah Jawa, suasana menjadi ramai dan aroma makanan harum semerbak ke seantero rumah. Ah betapa menyenangkannya waktu itu, walau sebenarnya jika dipikir-pikir tidak ada yang terlalu menarik juga dalam acara tersebut bagi seorang anak kecil seperti saya saat itu. Tamu undangan akan datang di pukul tujuh malam, biasanya berjumlah sekitar 40 an orang. Nasi dan aneka lauk yang disajikan di nampan-nampan lebar beralas daun pisang diletakkan di tengah-tengah tamu yang berkeliling. Aneka snack seperti jadah ketan (uli), pisang rebus, kacang rebus, dan kue apem buatan Mbah yang keras menemani para tamu sambil menunggu seluruh peserta datang. Mereka kemudian akan membaca yasin dan Pak Ustadz memimpin doa. 

Semua prosesi tersebut sebenarnya terasa sangat lama bagi saya yang tujuan utama hanya menunggu nasi dan lauk dibagikan. Ketika acara selesai sekitar pukul delapan malam, maka mata ini susah sekali dibuka untuk antri menerima jatah nasi berkat. Biasanya ayam panggang (ingkung) sudah habis ludes dibagikan ke tamu undangan. Ayam kampung montok yang dimasak dalam santan dan bumbu khas a la Mbah ini sangat lezat dan selalu menjadi incaran utama. Sayang, hanya 3 ekor ayam untuk 40 orang membuat si ingkung hanya tersisa tulang belulangnya saja. 

 Nenek yang biasa kami panggil dengan sebutan Mbah Wedhok sering mengadakan kendurian diru Resep Nasi Uduk dan Ceritanya

Kami, saya dan saudara, biasanya hanya mendapatkan nasi uduk dan aneka condiment-nya seperti asem-asem buncis, mie atau bihun goreng, dan sambal goreng kentang.  Ada rasa kecewa sebenarnya yang menyesakkan dada, melihat seharian Mbah mempersiapkan ayam kampung, mulai dari memotongnya, menyianginya, merebusnya dalam kuah bumbu, hingga menangkringkan si ayam diatas nampan makanan namun yang didapat hanya aroma gurihnya saja. Tapi bagi Mbah, tamu undangan lebih penting dari orang rumah karena, "Mereka sudah bersedia jauh-jauh datang ke rumah kita, berdoa buat arwah Mbah Karto, jadi wajar kalau dapat makanan yang enak," tentu saja dalam bahasa Jawa yang saya mulai lupa-lupa ingat. Mbah Karto adalah kakek dari kakek saya, Mbah Lanang. Kami hanya bisa mengelap air liur dimulut dan duduk manis menyantap nasi uduk bersama pernak-perniknya. Tapi bukan karena alasan itu yang membuat nasi uduk bukanlah makanan favorit saya, atau mungkin alasan itu, entahlah, yang jelas saya tidak terlalu suka nasi uduk. Jika kali ini dibuat, semata-mata karena saya terobsesi hendak menghadirkan foto nasi uduk komplit di JTT. 😃

 Nenek yang biasa kami panggil dengan sebutan Mbah Wedhok sering mengadakan kendurian diru Resep Nasi Uduk dan Ceritanya

Nah makanan tambahan pelengkap nasi uduk sudah pernah saya posting di JTT. Resep asem-asem buncis bisa diklik pada link disini, untuk resep sambal goreng kentang pada link disini dan resep bihun goreng pada link disini. Lauk utamanya sebenarnya adalah ayam ingkung, tapi kali ini saya ganti dengan ayam bacem yang bisa diklik pada link disini. Nasi uduk Mbah Wedhok selalu hadir dengan pernak-perniknya yang komplit. 

Well saya akhiri cerita mengenaskan diatas, menuju ke resep nasi uduk. Dulu tentu saja Mbah memasak nasi uduk dengan cara tradisional. Nasi dimasak dalam santan yang telah direbus bersama bumbu-bumbu (dikekalkan), hingga setengah matang dan santan habis baru kemudian dikukus/ditanak dalam dandang kukusan hingga matang. Jaman now, tentunya cara tersebut terlalu lama, walau Ibu saya masih memasak nasi uduk dengan cara tersebut karena menurut beliau, "Lebih enak dan tanak!" Saya memilih menceburkan semua bahan ke dalam rice cooker. 

Kunci memasak nasi uduk hanya aneka rempah yang banyak dan santan yang direbus dulu hingga mendidih agar aroma harum khas santan keluar. Kelemahan memasak nasi uduk di rice cooker adalah ketika nasi belum matang tombol memasak sudah kembali ke posisi semula. Santan yang kental memang membuat rice cooker menjadi kurang berfungsi dengan baik. Tapi sebenarnya bukan berarti nasi tidak bisa matang, ketika tombol memasak berhenti segera buka penutup rice cooker, aduk hingga semua cairan dan nasi tercampur baik. Penutup rice cooker lantas ditutup dan biarkan selama beberapa menit. Kondisi panas didalam alat akan membuat nasi tetap melanjutkan pematangannya dan berakhir menjadi nasi uduk yang matang. Masih gagal dengan cara ini? Terutama jika memasak nasi dalam jumlah banyak seringkali nasi masih setengah beras, cukup masukkan nasi ke dalam dandang kukusan dan kukus hingga matang. Gampang!

Berikut resep dan prosesnya ya.

 Nenek yang biasa kami panggil dengan sebutan Mbah Wedhok sering mengadakan kendurian diru Resep Nasi Uduk dan Ceritanya

Nasi Uduk
Resep hasil modifikasi sendiri

Untuk 4 - 5 porsi

Tertarik dengan resep lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:

Bahan:

- 500 gram beras, cuci bersih
- 500 ml santan kekentalan sedang
- 400 ml air
- 4 lembar daun salam
- 2 lembar daun jeruk
- 2 batang serai, memarkan
- 2 lembar daun pandan, disimpul
- 3 cm lengkuas, memarkan
- 1/2 sdm garam
- bawang merah goreng untuk taburan

Cara membuat:

 Nenek yang biasa kami panggil dengan sebutan Mbah Wedhok sering mengadakan kendurian diru Resep Nasi Uduk dan Ceritanya

Masukkan beras yang sudah dicuci bersih dan ditiriskan ke dalam rice cooker. Sisihkan.

Siapkan panci, masukkan semua rempah nasi uduk, tambahkan santan, aduk rata. Masak dengan api sedang sambil diaduk-aduk hingga santan mendidih dan harum, jaga jangan sampai santan pecah.

Angkat santan, tuangkan ke beras di rice cooker, masukkan air dan garam. Aduk rata. Masak nasi hingga matang. Jika tombol menanak nasi naik, buka penutup rice cooker dan aduk nasi hingga rata. Tutup dan biarkan hingga nasi tanak. Biasanya karena kandungan santan akan membuat tombol rice cooker naik walau nasi belum matang. Mengaduk nasi dan mendiamkannya beberapa waktu akan membuat nasi matang sempurna. 

Jika cara itu tidak berhasil, maka kukus nasi di dandang kukusan hingga matang. Sajikan nasi dengan bawang merah goreng. Yummy!

0 Response to "Resep Nasi Uduk dan Ceritanya "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel