Resep Choco Chips Banana Bread Pudding
Setelah menemani selama hampir 4 tahun, weekend lalu kamera andalan tiba-tiba bermasalah. Live viewnya gelap, tidak bisa menampilkan gambar setelah mengambil foto. Saya harus mengandalkan insting dan menebak-nebak untuk memperkirakan cahaya yang jatuh ke obyek telah pas. Selain masalah tersebut, tiba-tiba lensa pun berkali-kali macet setiap kali selesai dijepret, kamera perlu direstart dan bahkan lepas baterai untuk membuatnya berfungsi kembali. Kondisi ini tentu saja membuat saya panas dingin. Kamera adalah senjata ngeblog yang utama! Memasak bisa dilakukan dimana saja dan tidak terlalu bergantung pada kompor, contohnya ketika gas habis dan malas memesannya, selama seminggu saya hanya mengandalkan pada oven, rice cooker dan microwave. So far baik-baik saja. Tapi ketika kamera rusak maka eksperimen memasak menjadi sia-sia karena hasilnya tidak bisa dibadikan. Apalagi saya memiliki beberapa proyek endorsement dengan timeline yang telah ditentukan. Tanpa kamera andalan bagaimana mungkin saya bisa menyelesaikan semua proyek tersebut?
Kamera saya memang telah bekerja ekstra keras. Dibawa memasak ke dapur, terciprat minyak, tersalut tepung dan belepotan dengan mentega atau adonan. Dalam satu resep saja saya bisa mengambil puluhan foto. Apesnya, saya tidak memiliki spare kamera lainnya. Pernah mencoba mengambil gambar step by step dengan hand phone, namun hasilnya yang plain dan kurang tajam membuat saya menghentikannya. Minggu ini saya berencana membawanya ke Data Center Canon untuk dicek, kepala ini sudah terasa nyut-nyutan membayangkan biayanya yang pasti tidak sedikit.
Nah iseng-iseng kemarin saya bertanya ke Rani, rekan kantor yang duduk disebelah yang kebetulan cowoknya adalah seorang fotografer profesional. Hasilnya adalah informasi bahwa proses reparasi di Data Center umumnya memakan waktu lama dan biayanya biasanya lebih mahal. Nah pacarnya Rani menyarankan agar saya membawa kamera tersebut ke servis terpercaya yang selama ini menjadi langganannya. "Okeh Ran, besok aku bawa kameranya ya. Minta tolong untuk dicek dan langsung dibetulkan," janji saya ke Rani yang dengan baik hati bersedia membantu.
Sepulang kantor, baterai kamera saya charge untuk persiapan servis keesokan harinya. Selagi baterai dicharge, saya pun mengeksekusi tumpukan pisang matang didapur menjadi choco banana muffin dengan step by step yang diambil menggunakan hand phone. Saat muffin telah matang terpanggang dan baterai kamera pun telah penuh terisi, iseng saya menggunakannya untuk memotret muffin-muffin tersebut. Apa yang terjadi? Kamera berfungsi dengan normal! Live viewnya menyala baik, lensa sama sekali tidak stuck, dan saya pun berjingkrak-jingkrak sendiri di dapur yang hening. Saya lantas mengambil banyak gambar untuk lebih membuktikan, jika sebelumnya lensa akan ngadat dan live view gelap gulita, kali ini semua kejadian itu sama sekali tidak terjadi.
Keesokan paginya, saya kembali menggunakan kamera untuk memotret hasil final choco banana muffin, dan si jadul ini sama sekali tidak berulah, membuat saya mengucap syukur. Betapa seharusnya saya harus selalu mengucap syukur setiap hari ketika kamera bekerja dengan baik, smooth, memberikan gambar cantik dan mendukung hobi ngeblog tanpa rewel. Seharusnya saya merawat dan menggunakannya dengan hati-hati, bukan serampangan seperti selama ini. Seharusnya saya menjauhkannya dari minyak, tepung, adonan, dan tangan basah yang baru saja dicuci di keran. Ah semoga kedepannya, kamera ini tidak kembali berulah, dan semoga saya selalu mengingat kejadian ini sebagai pelajaran pahit. Kita memang seringkali kurang menyayangi segala sesuatu yang berada didepan mata dan mudah diraih. 😁
Wokeh menuju ke resep. Pisang adalah jenis buah yang paling banyak saya pergunakan didalam resep di JTT. Entah sudah berapa banyak resep yang mengandung pisang didalamnya saya post. Terus terang saya bosan, tetapi harus diakui pisang memang buah yang menyenangkan untuk diajak baking. Teksturnya yang smooth, membuat produk baking menjadi moist dan lembut. Nah resep yang ini juga melibatkan pisang, kali ini dicampur bersama potongan roti tawar sisa yang sudah lama tersimpan di freezer. Resepnya terinspirasi dari BuzzFeed yang pernah saya lihat videonya di Instagram. Prosesnya sangat mudah, cepat, dengan rasa sedap. Yang jelas, choco chips banana pudding ini bisa menyiasati jika anda memiliki sisa roti tawar kemarin dan pisang yang terlalu matang didapur.
Berikut proses dan resepnya ya.
Choco Chips Banana Bread Pudding
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 12 buah bread pudding
Tertarik dengan resep pisang lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Nugget Pisang
Nugget Pisang
Bahan:
- 6 lembar roti tawar
- 3 buah pisang matang (+ 370 gram)
- 2 sendok makan mentega/margarine dicairkan
- 2 butir telur kocok lepas
- 50 gram gula pasir
- 200 ml susu cair
- 1/2 sendok teh garam
- 100 gram choco chips
Cara membuat:
Potong-potong roti tawar menjadi ukuran 2 x 2 cm, tebarkan diselembar loyang datar dan panggang di oven suhu 170’C hingga permukaannya sedikit mengeras dan kecoklatan. Keluarkan dari oven, sisihkan.
Siapkan mangkuk, masukkan pisang. Hancurkan dengan garpu hingga lumat, tambahkan mentega leleh, telur, gula, susu cair, dan garam, aduk rata. Masukkan potongan roti dan choco chips, aduk rata.
Tuangkan adonan ke loyang muffin yang sudah diolesi dengan margarin, panggang di oven suhu 170’C hingga permukaannya kecoklatan. Keluarkan dari oven dan sajikan. Yummy!
0 Response to "Resep Choco Chips Banana Bread Pudding"
Post a Comment