Resep Quiche Tuna dan Brokoli
Anda penasaran dengan cerita kucing kecil yang pernah saya share beberapa waktu yang lalu? Artikelnya bisa diklik disini. Tidak? It's fine, saya tetap akan menceritakannya. ^_^ Dua hari yang lalu, sepulang kantor, saya menemukan mangkuk berisi susu, kosong tandas tak bersisa. Betapa senangnya, ini berarti anak-anak kucing itu benar-benar kelaparan hingga bersedia meminumnya. Ketiga mahluk tersebut masih berada di tempatnya yang sama, dibelakang pot kosong didalam rak kayu. Tiga pasang mata yang bercahaya dalam gelap menatap curiga ketika saya dekati. Tentu saja seperti biasa mereka mengeluarkan desisan mengancam, terkadang seperti menyalak, yang sampai kini selalu berhasil membuat saya terlompat.
Sukses dengan semangkuk susu pertama, malam itu saya lantas kembali lagi mengisi mangkuk dengan susu berikutnya, kali ini dengan tambahan potongan roti tawar di wadah lainnya. Walau saya tidak percaya si Mama kucing benar-benar telah meninggalkan anak-anaknya, namun sedikit berjaga-jaga tetap diperlukan. Kali ini saya mengintip dari balik jendela, penasaran apakah benar kucing-kucing itu yang menyantap susu atau justru tikus got, musuh bebuyutan saya. Lima belas menit berlalu, kaki mulai terasa pegal namun si kucing tak kunjung menyentuh mangkuk, hingga akhirnya saya menyerah dan masuk ke kamar.
Pukul sepuluh malam, mata susah dipejamkan dan iseng saya berjalan keluar halaman mencari udara segar. Betapa terperanjatnya saya kala menemukan seekor kucing jantan besar berbulu kuning nangkring di meja foto. Disebut meja foto karena disanalah saya melakukan proses pemotretan aneka masakan untuk blog. Meja kayu besar itu selalu berada diteras bersama beberapa papan background untuk memudahkan saya mengambil foto dengan cepat. Kucing jantan itu berbaring santai, kala mendengar pintu terbuka hanya menoleh malas, menatap saya sekilas untuk kemudian kembali meringkuk nyaman didinginnya malam.
Saya melotot memandangnya, dan berjalan mendekat bermaksud mengusir si jantan kuning ini tapi justru menemukan tiga anak kucing meringkuk dibawah meja bergelung dalam lengkungan badan seekor kucing betina putih berbercak hitam. Mendengar langkah saya, anak-anak kucing itu berlari menjauh dan bersembunyi di pot bunga, tapi takjubnya si induk tetap rileks berbaring. Ada apa dengan kucing-kucing ini? Mengapa tidak ada satupun yang takut dengan kehadiran saya? Saya menggertak, mengambil sapu untuk pengusir si pejantan, yang kemudian loncat, berjalan perlahan menuju ke halaman dan duduk beberapa meter dari saya berdiri. Tidak terlihat takut, was-was atau curiga, hanya duduk disana dan mengawasi.
Saya memijat-mijat jidat yang tiba-tiba terasa pening. Bau khas kucing dan strongnya aroma urine di seputaran rak kayu membuat pusing dikepala menjadi berlipat. Melihat saya tak kunjung pergi, Mama kucing kemudian berjalan ke paving block dibawah atap garasi, duduk disana meninggalkan ketiga anaknya yang berloncatan mendekat. Induk kucing biasanya akan gahar menjaga anak-anaknya apalagi dari manusia yang tidak dikenal, namun yang satu ini terlihat santai dan cuek bahkan seakan hendak berlalu. Si jantan hanya menatap keluarganya dari kejauhan, tidak ada tanda-tanda hendak pergi.
Saya lantas duduk mendeprok dilantai, kehabisan akal hendak melakukan apa. Dihadapan saya terbentang sebuah keluarga kucing yang walau terlihat tidak bahagia namun cukup bertanggungjawab dengan anak-anaknya. Kelima kucing itu kini menatap saya, menunggu gebrakan apa yang akan dilakukan manusia ini selanjutnya. Kami berpandangan dalam temaramnya lampu teras. Lima menit kemudian si Mama berjalan pergi melalui celah dibawah pintu pagar meninggalkan anak-anaknya yang kebingungan dan saya yang melongo takjub. Si induk kucing seakan memberikan sinyal, "Nih, gue tinggalin anak-anak dulu sebentar ya. I'll be back soon." Saya mengerang pasrah. Aroma kencing kucing yang dihembus angin sepoi-sepoi memaksa saya kembali masuk ke rumah dan memikirkan rencana berikutnya.
Keesokan harinya, rutinitas hari sebelumnya kembali diulang. Sebelum berangkat ke kantor, susu dituangkan ke mangkuk dan roti tawar diletakkan di sebelahnya. Di malam harinya ketika tiba di rumah di pukul tujuh, kucing jantan kuning itu kembali duduk di meja foto sedangkan ketiga anaknya mendekam didalam rak kayu. Tak ada tanda-tanda Mama kucing berada disekitarnya. Sepertinya kucing jantan ini berfungsi sebagai penjaga anak sementara si betina pergi mencari makan. Susu di mangkuk tandas tak bersisa dan hanya tertinggal dua sobekan roti. Pot-pot plastik menggelinding kemana-mana, sebuah pot keramik terguling dan pecah. Anak-anak kucing menjadi semakin aktif dan berani, kini mereka tidak bersembuyi lagi tapi mulai berlarian diteras. Bau urine semakin menusuk dan saya mulai kehilangan kesabaran.
Bersenjata selang air di tangan dan sebotol karbol serai saya lantas menyiram lantai dan menuangkan banyak cairan karbol berharap bau menyengat itu hilang. Melihat air mengucur, si kucing jantan meloncat dan berjalan menjauh, diikuti dengan anak-anaknya yang ketakutan dengan aksi bersih-bersih saya. Kucing-kucing itu mendekam dibalik pot bunga dibawah jendela kamar, sementara si Bapak memandang dari kejauhan. Saya menggosok lantai, permukaan meja foto, dan rak kayu kuat-kuat berharap bau apapun lenyap. Untungnya karbol serai sangat manjur menghilangkan aroma tak sedap, sekejap saja semua bau kucing hilang dari deteksi hidung saya. Ketika kegiatan itu selesai, seekor kucing kecil berjalan perlahan mendekat namun kembali berlari menjauh kala menginjak lantai basah dan mencium aroma karbol. Saya masuk kedalam rumah untuk membiarkan mereka kembali ke aktifitas biasa, namun ketika mengintip dari balik jendela saya melihat induk kucing datang dan membawa anak-anaknya pergi melalui celah dibawah pagar. Si kucing jantan berjalan dibelakangnya mengawal. Entah kemana perginya keluarga kucing itu, yang jelas hingga keesokan harinya mereka tidak kembali lagi di teras.
Mungkin tindakan yang saya lakukan terlihat kejam, terutama bagi pecinta kucing seperti rekan kantor saya, Mbak Fina, yang sering mengadopsi kucing kampung di sekitar kompleks rumahnya. Jumlah kucing peliharaannya bahkan mencapai 15 ekor dan semua memiliki nama. Tapi sayangnya saya bukan pecinta kucing, bukan juga cat rescuer seperti pemilik vlog Kitten Lady yang videonya sering saya tonton. Tak sanggup juga menyentuhnya, dan tak tahan dengan aromanya. Walau kucing-kucing kecil itu cukup membuat saya khawatir namun saya yakin induk mereka akan menjaga dan merawatnya dengan benar.
Wokeh menuju ke resep quiche tuna dan brokoli yang saya share kali ini. Quiche (dibaca 'keesh') atau pie dengan rasa gurih dan asin memang lebih mudah diterima lidah dan tidak cepat menimbulkan rasa eneg dan bosan. Saya pribadi lebih menyukai quiche dibandingkan pie manis/tart umumnya. Selain itu membuat quiche relatif sangat mudah. Kecuali crust pastrynya yang memang sedikit memerlukan perjuangan, secara umum isi quiche cukup simple, biasanya terbuat dari kocokan telur, susu cair, dan aneka sayur atau daging. Quiche merupakan bagian dari kuliner Perancis dan memiliki banyak variasi, yang paling terkenal mungkin quiche lorraine. Nama ini diambil dari kota Lorraine di Perancis, dan merupakan quiche yang populer divariasikan, versi asli quiche lorraine sebenarnya berupa pie terbuka berisikan telur, krim dan lemak babi (lardons). Variasi quiche lainnya diberi nama secara deskriptif, seringkali dalam bahasa Perancis, misal quiche au fromage (quiche dengan keju), quiche aux champignons (quiche dengan jamur), atau menurut kebiasaan, misal florentine (bayam) dan provençale (tomat).
Crust untuk quiche merupakan adonan pastry yang sama seperti dipergunakan untuk pie atau tart. Saya selalu menggunakan resep dari Joy of Baking untuk crust yang garing, lumer dimulut dan terasa buttery di lidah. Adonan kulit pie ini tahan lama di freezer, jadi bisa dibuat beberapa waktu sebelumnya dan dibekukan, selama adonan terbungkus dengan baik dan tidak terkena udara kulkas maka bisa tahan hingga 3 bulan lamanya. Ketika akan digunakan cukup letakkan disuhu ruang hingga adonan lunak kembali dan mudah digilas.
Untuk isinya sebenarnya mudah dimodifikasi sesuai selera. Isi quiche terbuat dari campuran kocokan telur, krim kental atau susu, sayuran dan protein hewani. Saya menggunakan ikan tuna kalengan yang selalu sale buy 1 get 1 free di sebuah supermarket. Tuna ini bisa digantikan dengan ayam rebus yang dicincang, sosis, kornet atau daging ayam/sapi giling yang ditumis. Jangan gantikan tuna kalengan dengan ikan segar, saya pernah membuat quiche menggunakan mackarel segar dan rasanya tobat amisnya.
Sayuran untuk quiche sangat fleksibel tapi brokoli, wortel, kembang kol, daun bawang dan bayam umum dipergunakan. Tambahan kentang rebus dipotong dadu akan membuat quiche lebih gemuk akan isi sehingga cukup mengenyangkan untuk mengganjal perut. Tambahan keju parut di adonan dan permukaan quiche akan menambah rasa gurih. Quiche tuna ini menjadi makanan favorit kedua keponakan saya, Rafif dan Fatih. Jika mereka berpendapat enak maka berarti makanan ini memang sungguh-sungguh lezat. ^_^
Berikut ini resep dan prosesnya ya.
Creamy Tuna & Broccoli Quiche
Resep crust diadaptasikan dari web Joy of Baking, resep isi hasil modifikasi sendiri.
Untuk 1 loyang diameter 23 cm
Tertarik dengan resep pie lainnya? Silahkan klik link resep dibawah ini:
Fudgy Chocolate Pie
Pie Susu a la Veggy
Brown Sugar Custard Pie dengan Biscuit Crust
Tertarik dengan resep pie lainnya? Silahkan klik link resep dibawah ini:
Fudgy Chocolate Pie
Pie Susu a la Veggy
Brown Sugar Custard Pie dengan Biscuit Crust
Bahan kulit pastry:
- 350 gram tepung terigu serba guna atau protein rendah
- 1 sendok teh garam
- 200 gram mentega dingin dan keras, potong kubus
- 100 ml air es
Bahan isi:
- 150 gram brokoli rebus/kukus, cincang kasar
- 1 batang daun bawang, rajang halus
- 2 kaleng tuna dalam air, tiriskan, cabik kasar
- 250 ml susu cair
- 5 butir telur, kocok lepas dengan garpu
- 1 sendok teh garam
- 2 sendok teh gula pasir
- 4 sendok makan mayonnaise
- 3 siung bawang putih, cincang halus
- ½ bawang bombay, cincang halus
- 1/2 sendok merica hitam tumbuk kasar
- 1 sendok teh Italian seasonings/mixed herbs
- 50 gram keju cheddar parut
Siapkan mangkuk, masukkan tepung, dan garam, aduk rata. Masukkan potongan mentega, cacah tepung dan mentega dengan pisau pastry atau garpu atau dua buah pisau hingga menjadi butiran-butiran kecil seukuran kacang tanah. Jangan terlalu berlebihan mengolah adonan agar mentega tidak meleleh.
Masukkan air es sedikit demi sedikit menggunakan sendok makan hingga adonan lembab dan bisa digumpalkan. Jika adonan masih buyar, tercerai berai tambahkan sedikit air es. Gumpalkan adonan dan bentuk menjadi piringan bulat. Bungkus dengan plastic wrap dan simpan di chiller selama 20 menit.
Tuangkan susu cair di mangkuk, tambahkan telur kocok, garam, gula, aduk rata. Sisihkan.
Siapkan mangkuk, mayonnaise, bawang putih, bawang bombay, merica, Italian seasonings, dan keju parut, aduk rata. Tambahkan larutan susu cair, dan telur, aduk rata. Cicipi rasanya, sesuaikan rasa asinnya. Sisihkan.
Siapkan mangkuk, mayonnaise, bawang putih, bawang bombay, merica, Italian seasonings, dan keju parut, aduk rata. Tambahkan larutan susu cair, dan telur, aduk rata. Cicipi rasanya, sesuaikan rasa asinnya. Sisihkan.
Panaskan oven, set disuhu 170’C, api atas dan bawah. Letakkan rak pemanggang ditengah oven.
Menata quiche:
Keluarkan kulit pie dari kulkas. Gilas dengan kayu penggilas dengan ketebalan + 1 cm. Gulung adonan kulit ke kayu penggilas untuk memudahkan memindahkannya ke loyang. Letakkan adonan kulit ke loyang dengan diameter 23 cm, buka gulungannya. Ratakan dan tekan adonan ke loyang hingga menempel baik. Rapikan tepian kulit quiche.
Tusuk-tusuk permukaan adonan kulit quiche dengan garpu. Taburi permukaannya dengan brokoli, tuna, dan daun bawang. Tuangkan larutan susu telur. Panggang quiche di oven suhu 170’C selama 20 menit, api atas dan bawah, atau hingga permukaannya mengeras dan sedikit coklat keemasan. Keluarkan dari oven dan sajikan. Super yummy!
Sumber:
Wikipedia - Quiche
0 Response to "Resep Quiche Tuna dan Brokoli"
Post a Comment