Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang. Selama ini, gempa terkeras yang pernah saya alami hanyalah goncangan pelan yang terjadi selama beberapa detik saja. Tapi bukan berarti saya tidak pernah membayangkan jika bencana itu benar-benar terjadi. Berkantor di lantai 21, guncangan gempa akan sangat terasa dan efeknya sepertinya akan cukup mencekam. Bayangan film-film bencana a la Hollywood selalu bermain-main dibenak. Deretan gedung tinggi yang berdekatan runtuh menimpa satu dengan lainnya dan apa yang terjadi dengan kami yang berada didalamnya? 

Tentu saja kami sering melakukan simulasi evakuasi. Pihak gedung akan menghidupkan sirine dan karyawan berlarian menuruni tangga darurat, berkumpul di halaman gedung. Tapi simulasi tentu saja berbeda dengan kondisi nyata. Simulasi tidak menimbulkan rasa panik dan jantung yang berdebar-debar seakan genderang perang yang ditabuh. Walau rencana simulasi evakuasi tidak pernah diinformasikan dan dilakukan secara mendadak, tetap saja kami tahu berlari-lari menuruni tangga darurat adalah kegiatan simulasi semata.


Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba
Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

Tapi kemarin kondisinya berbeda. Getaran yang disusul goyangan dan berlangsung lebih dari hitungan detik membuat kami berhamburan keluar gedung. Berlarian menuruni tangga darurat tak peduli dengan segala macam instruksi yang pernah diberikan saat latihan simulasi dilakukan: tetap tenang, jangan panik dan jangan saling dorong. Semua menyelamatkan dirinya masing-masing. Gempa dimulai pada pukul setengah dua, kala itu kami semua baru saja duduk dikursi masing-masing setelah jam istirahat usai. Beberapa rekan bahkan masih diluar gedung. Kantor saya terletak di lantai 21, dan tatkala getaran awal terasa saya langsung berteriak, "Gempa!" Rekan-rekan yang lain masih celingukan, berpandangan dan mencoba merasakan getaran yang akhirnya semakin kuat. Vertical blinds yang tergantung dijendela bergoyang-goyang padahal tak ada sedikitpun angin berhembus. Kala saya mencoba berdiri maka bumi seakan berputar, membuat kepala menjadi 'keliyengan'.

Gempa kali ini terasa cukup kuat dan lama, bahkan saya tidak bisa berdiri tegak tanpa berpegangan di tepian meja karena bumi seakan bergoyang. Kepanikan mulai terjadi, namun belum ada tanda-tanda agar kami segera menuju ke tangga darurat dan turun. Sepertinya semua masih berharap getaran gempa hanya sekian detik saja dan segera berlalu. Tapi guncangan itu tidak segera berlalu. Suasana mulai mencekam, beberapa rekan berteriak agar kami segera turun. Saya segera mengganti sepatu kantor dengan sepatu pantofel yang datar, meraih handphone dan dompet yang tergeletak dimeja dan menuju ke tangga darurat. Saat tiba di lorong tangga ternyata area itu sudah dipenuhi dengan karyawan dari lantai lainnya yang berebutan turun.  Tidak ada sirine, tidak ada aba-aba selayaknya saat simulasi dilakukan. Jadi kami berjuang sendiri, tujuan hanya satu yaitu sampai di lantai bawah dengan selamat.


Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

Menuruni tangga sebanyak 21 lantai cukup membuat gempor dan gemetar, apalagi gempa susulan masih terjadi beberapa kali. Sepanjang perjalanan saya berulangkali teringat dengan imajinasi bencana yang pernah berkeliaran didalam otak. Kini ketika bayangan itu mulai terlihat nyata saya berdoa mati-matian semoga semua itu hanya mimpi semata. 

Tiba di halaman gedung, para karyawan menenangkan diri dan menyelonjorkan kaki yang gemetar, terutama karyawan dari lantai yang tinggi. Semakin lama kami semakin banyak berjubel dihalaman, menunggu instruksi selanjutnya yang belum muncul juga. Saya sendiri bersama beberapa rekan sekantor berdiri disisi gedung, cukup jauh dengan pintu pagar keluar disebelah belakang. Sekitar lima belas menit menunggu dan menduga-duga apa yang akan terjadi selanjutnya, terdengar suara jeritan keras dari segerombolan besar karyawan yang berkumpul di sebelah kiri gedung yang berdekatan dengan pos satpam. "Gedung sebelah miring!" Sayup-sayup saya mendengar teriakan itu dan tanpa banyak cingcong kami langsung berlari berhamburan mencari jalan keluar. Gedung sebelah yang menjulang tinggi letaknya tidak jauh dari kami, dalam ketakutan dan panik sepertinya akal sehat menghilang dan benak hanya berisi bayangan gedung tersebut tumbang dan runtuh menimpa kami semua yang berdiri di halaman. 


Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

Sialnya saya berdiri cukup jauh dari pagar belakang yang pintunya hanya dibuka selebar 1 meter. Kami saling dorong, merangsek maju untuk bisa segera keluar diantara motor-motor yang terparkir. Pria dibelakang saya berteriak kencang di telinga, "Cepat! Cepat keluar! Gedungnya mau ambruk!" Dalam rasa takut dan teror saya menengok keatas, menatap gedung yang menjulang tinggi tersebut. Gedung tersebut tampak bergoyang-goyang dan terlihat miring dan saya hampir histeris melihatnya.

Pintu keluar masih jauh dari jangkauan dan rombongan manusia didepan saya bersusah payah untuk maju dijalan yang sempit, saling dorong dan bahkan ada yang terjatuh. Akhirnya saya melihat sisi lowong di sebelah kiri dan berlari kesana, itu kesalahan besar karena kiri adalah area belakang gedung dimana hanya ada parkiran motor dan tidak ada pintu keluar sekalipun. Saya terpisah dengan teman-teman lain. Mereka telah berlari keluar pagar menuju ke perumahan dan warung-warung dibelakang, menjauh dari seputaran gedung tinggi, walau seandainya gedung tersebut benar-benar runtuh posisi mereka sama sekali belumlah aman. 


Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

Di area parkiran belakang gedung sekitar lima belas karyawan dari perusahaan lain berdiri disana dengan wajah bingung. Mereka sepertinya tidak mengerti mengapa kami semua berlarian keluar pagar sejauh-jauhnya dan berteriak-teriak seperti orang gila. Saya berdiri disana beberapa menit sambil mengawasi gedung yang tadi bergoyang, entah apakah saat itu gempa masih terjadi atau tidak namun dalam pandangan saya gedung tersebut masih bergerak. "Gedungnya goyang! Mau ambruk!" Saya berteriak dengan tatapan horor terpaku ke gedung. Seorang wanita disebelah saya, berseragam batik sebuah bank, berkata, "Tenang Bu, jangan panik. Kalau Ibu panik nanti kita semua menjadi panik juga," kata-katanya sangat masuk akal tapi saat itu susah diterima otak saya. Bagaimana tidak panik? Gedung tersebut berdiri tepat didepan hidung, menjulang super tinggi dan jika runtuh kami akan menjadi snack dia yang pertama. "Tapi gedungnya bergoyang dan miring!" Saya berteriak kembali berlari maju mundur seakan gila, dan wanita tersebut menenangkan kembali dengan tatapan kesal bercampur takut. Tak sanggup berdiri di area tersebut saya langsung melarikan diri keluar pagar, kearah warung-warung dan area perumahan. Disana saya bertemu dengan rekan-rekan sekantor yang sejak tadi berdiri disana mengawasi gedung dengan wajah cemas.


Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

"Gedungnya nggak goyang, itu karena awan dilangit yang bergerak jadi gedungnya terlihat bergerak," si bapak pemilik sebuah warung menenangkan kami yang banyak berjejer diseputar jalan yang dipenuhi warung makan. Saya berusaha mempercayainya, tapi bagaimana jika ada gempa susulan yang lebih besar? Sekitar sepuluh menit kami berdiri menunggu sambil mengecek handphone yang riuh bersliweran dengan pesan-pesan mencekam yang walau belum terbukti kebenarannya namun saat itu menambah adrenalin semakin terpacu. Akhirnya pesan Pak Wawan dari bagian GA muncul di group WA perusahaan, kami diminta segera menyeberang ke jalan raya menuju ke lapangan di seputaran Mega Kuningan yang relatif jauh dari gedung tinggi. Berbondong-bondong kami menuju kesana melewati Mal Ambassador  dan betapa takjubnya melihat pengunjung mal masih terlihat tenang seakan gempa 6.1 skala Richter tidak pernah terjadi. 

Kami berjalan menyeberangi jalan yang penuh sesak oleh kendaraan, karyawan bank yang berseragam merah tampak memenuhi jalan dan area di seputaran Mega Kuningan membentuk lautan merah. Pemandangan itu tentu saja sangat mencolok, seorang Ibu bahkan sempat menghentikan mobilnya, membuka kaca dan bertanya mengapa karyawan satu gedung 'tumplek blek' dijalan. Alhamdulilah, gempa benar-benar telah berlalu, tak lama kemudian instruksi masuk gedung mulai diteriakkan. Kami berduyun-duyun berjalan kembali, kali ini berjuang mengantri lift untuk naik keatas. Hari itu adalah pengalaman yang cukup mencekam dan menjadi pelajaran yang berharga. Memang sangat mengasyikkan menonton film-film bencana di bioskop namun ketika bencana tersebut benar-benar datang dalam kehidupan nyata akal sehat mudah sekali menguap dan digantikan dengan rasa panik dan histeria. 😔

Menuju ke resep gulai ayam kali ini. Resep ini andalan Ibu saya sejak kami masih kecil. Dulu gulai ayam hanya muncul sekali dalam setahun saja, kala Lebaran tiba. Alih-alih menghadirkan opor ayam maka kami lebih suka gulai yang terasa pedas dan tidak terlalu eneg. Biasanya Ibu akan memasukkan segambreng kentang kedalam gulai membuat porsi masakan menjadi lebih bengkak dan bisa dimakan satu keluarga selama beberapa hari. Ayam kampung tentu saja memberikan hasil yang lebih maknyus namun diresep ini saya menggunakan ayam negeri. Ayam bisa digantikan dengan daging, ikan (jenis apapun oke), bahkan tempe, tahu atau terung. 

Berikut resep dan prosesnya ya.


Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

Gulai Ayam a la My Mom
Resep diadapatasikan dari Ibu saya

Untuk 6 porsi

Tertarik dengan resep ayam lainnya? Silahkan klik pada link dibawah ini:
Opor Ayam a la My Mom
Ayam Woku a la Ani
Kalio Ayam Tanpa Santan 

Bahan:
- 1 ekor ayam negeri (berat sekitar 850 gram)
- garam kasar untuk menggosok permukaan kulit ayam
- 2 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 2 - 3 sendok makan minyak untuk menggoreng ayam
- 3 buah kentang, kupas dan masing-masing belah menjadi 4 bagian
- 500 - 600 ml air
- 65 ml santan kental instan

Bumbu dihaluskan:
- 5 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit merah
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 1 sendok teh merica bubuk
- 1/4 sendok teh jintan bubuk
- 1/2 sendok makan ketumbar bubuk
- 2 cm kunyit
- 1 1/2 cm jahe

Bumbu lainnya:
- 2 batang serai, memarkan
- 3 cm lengkuas
- 3 lembar daun jeruk
- 3 lembar daun salam
- 1 1/2 sendok makan gula merah/Jawa, sisir halus
- 2 sendok teh garam

Cara membuat:


Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

Siapkan ayam utuh, gosok permukaan dan rongga dalamnya dengan garam kasar hingga bersih. Potong menjadi 12 bagian, cuci bersih. Masukkan ayam ke dalam mangkuk, lumuri permukaannya dengan 2 sendok teh garam dan 1 sendok teh merica bubuk. Sisihkan.

Siapkan pan anti lengket, panaskan 2 sendok makan minyak. Tata ayam didalamnya dan goreng sisinya sampai terlihat kecoklatan. Kondisi ayam hanya setengah matang saja, kita hanya akan membuat permukaan ayam kecoklatan dan harum. Angkat ayam dan tiriskan. 

Menggunakan wajan dan minyak bekas menggoreng ayam, tumis bumbu halus, serai, lengkuas, daun jeruk dan daun salam hingga harum, matang dan berubah lebih gelap. Aduk-aduk tumisan agar tidak gosong.

Masukkan potongan kentang, aduk dan masak hingga kentang setengah matang. Tuangkan air dan masak hingga mendidih. Masukkan ayam, masak dengan api sedang hingga ayam dan kentang matang. Tambahkan sedikit air jika kuah berkurang. 


Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba

Masukkan santan, masak dengan api kecil hingga kuah matang. Aduk sesekali masakan selama dimasak agar santan tidak pecah. Masukkan gula dan garam, aduk rata. Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang asin. Angkat dan sajikan. Yummy!

0 Response to "Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel